Monday, August 12, 2013

MURAI BATU MEDAN

Murai Batu Medan adalah brand ambassador murai batu khas Indonesia. Sehingga MB Medan lebih terkenal daripada MB Indonesia sebagaimana layaknya Bali lebih dikenal daripada Indonesia sendiri di dunia pariwisata.

Begitu banyak kelebihan dan keunggulan MB Medan yang bisa diungkapkan. Mulai dari bentuk fisik dengan postur yang lebih kekar dan atletis, ekor yang proporsional, volume suara yang kencang, kecerdasan dalam menerima suara isian dan gaya main yang "nagen" yang menjadi trend setter penjurian dari dulu sampai sekarang. Bahkan penghobby dari negara tetangga Malaysia dan Thailand juga berburu MB jenis ini untuk ditangkarkan karena karakter fighternya yang luar biasa dan ekor panjangnya yang bisa mencapai 30cm. 

Berikut ini adalah MB Medan koleksi Digdaya Bird Keeping bernama Clurit Sakti, dinamakan demikian karena ekor panjangnya yang 21 cm berbentuk melengkung seperti clurit dengan suara yang melengking tajam. Lumayan punya prestasi tingkat lokalan.

Disebut MB Medan lebih karena sejak awal asal pengiriman ke Pulau Jawa sebagai pasar terbesar burung kicau adalah dari kota Medan - Sumatra Utara. Walaupun aslinya sumber habitat MB tersebut ada di hutan pegunungan bukit barisan yang meliputi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau sampai Jambi yang kemudian di kumpulkan oleh pengepul besar di Kota Medan.

Menurut cerita pemain Murai Batu senior, awal mulanya yang sekarang dikenal sebagai MB Medan yang dijual oleh para pengepul MB di Kota Medan berasal dari daerah Tapanuli Selatan dan yg paling terkenal adalah MB yg berasal dari Natal - sekarang masuk kedalam kabupaten Mandailing Natal setelah Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi beberapa kabupaten. Saat itu memang MB asal Tapsel menjadi yang paling dicari oleh Kicau mania lokal di Sumatra Utara karena kelebihannya yang sudah menjadi rahasia umum disana. Pada gilirannya MB Tapsel juga menjadi MB favorit pelomba di Jawa sehingga karena tingginya permintaan pasokan MB Tapsel dari pedagang burung di Jawa, maka MB Tapsel yang terkumpul di kota Padang Sidempuan ini kebanyakan di boyong ke Pulau Jawa langsung lewat bandara Polonia atau lewat bandara Padang bersama MB Pasaman yang juga dilabel sebagai MB Medan pada awalnya. 

Akibatnya pengepul dan toko burung di kota Medan kekurangan pasokan MB, maka mulailah  pasokan MB dari daerah lain selain Tapsel naik daun dan menjadi alternatif utama yang diburu seperti dari daerah Sibolga dan Langkat yang terkenal dengan MB Bahorok dan MB Marike yang berada dalam habitat Pegunungan Bukit Barisan. Seiring dengan kondisi yang kondusif pasca perdamaian dengan GAM tahun 2005, maka banyak masuk MB Aceh asal Pengunungan Leuser ke pengepul di Medan yang tetap diberi label sebagai MB Medan untuk mengisi pasokan MB asal Tapsel dan Langkat yang mulai langka. Sehingga yang diperdagangkan sebagai MB Medan saat itu sebenarnya sebagian besar adalah MB Aceh. Sejalan dengan Instruksi Gubernur Aceh Nomor 8 Tahun 2011 tentang Moratorium Perburuan dan Peredaran Burung Keluar Aceh dimana murai batu termasuk dalam 10 jenis burung yang dilarang keluar Aceh, maka pasokan MB Aceh ke Jawa juga sudah mulai seret. Saat ini yang disebut sebagai MB Medan oleh pedagang di pasar burung ternyata banyak diisi oleh pengepul burung dari pulau Batam. Disinyalir merupakan MB asal Malaysia dan Mb Riau kepulauan seperti MB Natuna dengan ciri dasar seperti MB Sumatra tapi dengan postur yang lebih kecil dan massa ekor yang lebih tipis. Dalam bahasa bakul, MB jenis sering di istilahkan sebagai MB Strip Medan karena punya pola ekor yang mirip dengan MB Medan yang asli tapi sudah pasti asalnya bukan dari habitat MB Pulau Sumatra.



Berikut ini adalah MB Medan bernama REOG Ponorogo, dinamakan demikian karena dulu didapat dari hasil hunting di kabupaten ponorogo - Jawa Timur. Dibawa oleh pilot bus Damri langsung dari Medan. Dengan ciri postur badan yang bongsor dan berdada lebar. Ekor panjangnya yang 18 cm lurus kaku. Kalau dilihat cirinya sekilas berasal dari Bahorok. Di tangkarkan dengan kode ring DIGDAYA REO. 
Harga MB Medan yang asli saat ini sudah tidak lagi murah. Menurut informasi dari teman pengepul di Medan, MB yang baru keluar hutan hasil tangkapan pemikat saja sudah ditampung oleh para pengepulnya di kisaran  3 sd 10 juta rupiah tergantung dengan kualitasnya. Ke depan tata niaga MB Medan bisa jadi akan bertambah kisruh. Ini karena disinyalir MB Strip Medan dan MB Borneo diedarkan pada para pedagang MB dipelosok Sumatra. MB inilah yang kemudian diambil pengepul untuk kemudian dibawa ke Jawa dan dibilang sebagai MB yang dibawa dari Sumatra. Pinter.
Kalau terus begini,  akan tiba suatu masa dimana MB Medan Asli cuma bisa didapatkan dari hasil usaha para penangkar yang berdedikasi tinggi terhadap keaslian genetika MB Medan yang melegenda ini. Para fanatikus MB Medan tidak perlu khawatir, karena penangkaran MB yang fokus pada MB Medan sudah tersebar dan bisa banyak ditemui di banyak kota dan daerah Jawa dan Sumatra.



Untuk MB Ring Digdaya sendiri, saat ini indukan MB Medan koleksi Padepokan Bala6 Jakarta yang aktif diarena lomba sudah mulai di bawa masuk ke kandang penangkaran. Sebagian sudah mulai aktif berproduksi. Beberapa nama diantaranya adalah: MALAIKAT SUBUH (Bahorok), MEGATRON (Bahorok), PENANTIAN (Sidempuan) ALIBABA (Bahorok), BATU KRAMAT (Sibolga), SANGKAKALA (Bahorok), MAGNETO (Mandailing Natal), THUNDER/HALILINTAR (Sidempuan), SINGA BARONG (Bahorok), Kala Gondhang (Sibolga), Tumenggung (Bahorok)  dan beberapa nama lain. Sangat diusahakan agar pejantan unggulan ini mendapatkan jodoh betina ring dengan genetika asal habitat yang sama. Susah payah memang untuk mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria ini. Tapi atas nama hobi dan demi sebuah misi, maka tetap akan dijalani dengan kesungguhan hati.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : MURAI BATU MEDAN