Di alam bebas, kehidupan Murai Batu (MB) memiliki siklus alami seperti mulai belajar bersuara, mengenal lingkungan, mengalami pergantian bulu, memasuki masa kawin, dan kemudian membesarkan anak-anaknya.
Idealnya Murai Batu (MB) akan memasuki masa berkembang biak setelah usia kedua indukan sudah mapan dan sudah birahi. Banyak yang menganggap jika Murai Batu jantan sudah gacor, maka sudah siap di tangkarkan. Tapi ternyata anggapan tersebut tidak selalu benar karena burung yang gacor bukan berarti siap ternak, tapi merupakan salah satu indikasi bahwa Murai Batu jantan tersebut sudah mulai memasuki masa birahi.
Banyak faktor yang mempengaruhi pasangan Murai Batu (MB) untuk berkembang biak, antara lain:
• Ketersediaan pakan.
• Lingkungan.
• Cuaca.
• Kenyamanan.
• Sarana pendukung ternak, dan lainnya.
Jadi, sepasang indukan Murai Batu (MB) tidak selalu akan menghasilkan keturunan seperti yang kita inginkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah faktor usia.
Usia sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya breeding Murai Batu (MB), karena usia terkait dengan munculnya birahi dan naluri alami untuk berkembang biak.
Ciri-ciri Murai Batu (MB) jantan yang sudah birahi:
• Murai Batu (MB) jantan yang sudah birahi akan menjadi lebih gacor dari biasanya.
• Ketika didekatkan dengan Murai Batu (MB) betina akan langsung merayu dengan suara kecil dan ngeroll, dan biasanya disertai dengan gerakan kepala naik turun untuk memikat Murai Batu betina.
Ciri-ciri Murai Batu Batu (MB) betina yang sudah birahi:
• Akan menyahut ketika mendengar suara Murai Batu (MB) jantan.
• Akan ngleper ketika didekatkan dengan Murai Batu (MB) jantan.
• Ketika sudah berada dikandang penangkaran, akan mulai menyusun sarang (ngunjal).
Murai Batu (MB) sebetulnya bisa dijodohkan mulai dari trotol/anakan, tapi idealnya perjodohan dilakukan jika Murai Batu sudah memasuki masa birahi, karena akan mempercepat proses penangkaran.
Untuk perjodohan Murai Batu (MB) hasil tangkapan hutan, biasanya Murai Batu jantan mulai berani kawin ketika memasuki usia 2,5 tahun atau 3 tahun (3 kali mabung/ngurak), karena sebelum memasuki usia tersebut, walaupun bisa dijodohkan tapi pejantan belum berani mengawini betinanya.
Untuk Murai Batu (MB) betina hasil tangkapan hutan biasanya siap produksi pada usia 1 tahun, tapi sudah bisa dijodohkan pada usia 8 bulan.
Sedangkan untuk Murai Batu (MB) jantan hasil ternak bisa mulai produksi pada usia 2 tahun (2 kali mabung/ngurak). Pada usia tersebut Murai Batu jantan hasil ternak sudah berani mengawini betinanya, tapi untuk proses perjodohan bisa dilakukan pada usia 1 tahun.
Untuk Murai Batu (MB) betina hasil ternak, akan siap bertelur pada usia 8 bulan, jadi pada isia 7 bulan sudah bisa untuk dijodohkan.
Ciri-ciri indukan Murai Batu (MB) yang sudah berjodoh:
• Jika setelah disatukan dalam kandang penangkaran keduanya tampak akur dan tidak saling menyerang, maka bisa dikatakan kedua indukan tersebut sudah berjodoh.
• Ketika tidur sudah berdampingan.
• Murai Batu (MB) jantan cenderung mengalah kepada betinanya, terutama saat makan.
• Sering bunyi saling bersahutan.
• Kedua indukan Murai Batu (MB) jantan dan betina saling meloloh.
Setelah berjodoh maka dalam waktu 3 minggu sampai 1 bulan indukan Murai Batu (MB) betina akan bertelur, tapi jika kedua indukan yang dijodohkan tersebut sudah sama-sama birahi.
Baca juga:
Usia ideal Murai Batu (MB) untuk dilombakan
Jenis burung Cililin yang banyak dipelihara sebagai masteran
Tahapan perawatan Murai Batu bakalan agar cepat ngeplong
Demikian sedikit informasi tentang "Usia ideal indukan Murai Batu siap ternak". Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel Tips Kicau Burung yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih