Tuesday, July 24, 2018

Permasalahan seputar mabung/ngurak pada Murai Batu

Mabung/ngurak adalah proses alamiah pergantian bulu tua yang akan di gantikan dengan tumbuhnya bulu-bulu baru. Proses alamiah tersebut terjadi setiap tahun pada hampir semua jenis burung termasuk Murai Batu (MB).

Di alam bebas, Murai Batu (MB) akan mengalami masa mabung/ngurak pertama pada saat usia 9 bulan. Mabung awal ini adalah pergantian bulu trotol menjadi bulu dewasa.

Tapi untuk Murai Batu (MB) hasil ternakan (breeding) akan mengalami masa mabung/ngurak jauh lebih cepat dibandingkan dengan Murai Batu liar yang hidup dihitan. Hal itu disebabkan karena perbedaan pola hidup dan pola makan antara Murai Batu ternakan dengan Murai Batu hutan.

Setelah melalui masa molting/mabung pertamanya, maka Murai Batu (MB) akan tampak lebih gagah seperti Murai Batu dewasa, karwna bulu-bulu trotolnya sudah tidak terlihat lagi, dan biasanya hanya menyisakan bintik-bintik kecoklatan pada bagian sisi sayapnya. Seteleh mengalami mabung pertamanya, Murai Batu akan mengalami mabung lagi setelah 6 bulan hingga 1 tahun kemudian.

Waktu normal bagi Murai Batu (MB) untuk menyelesaikan masa mabungnya dari mulai jatuh bulu pertama hingga lepasnya bulu sayap terakhir, biasanya memerlukan waku sekitat 3 bulan, tapi ada juga yang lebih lama. Hal itu terjadi pada Murai Batu yang mengalami macet mabung, dimana mabungnya terhenti sebelum semua bulu-bulu tuanya rontok semua.

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan Murai Batu (MB) mengalami macet mabung, di antaranya karena stres dan juga karena kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan Murai Batu pada saat mabung/ngurak sehingga sistem metabolisme tubuhnya terganggu dan menyebabkan gagal mabung.

Oleh karena itu, pada saat Murai Batu (MB) dalam masa mabung/ngurak sebaiknya di asingkan/di isolasi dan jangan banyak diganggu dulu agar lebih tenang dan nyaman sehingga proses mabungnya dapat berjalan dengan normal.

Pemberian pakan, minum dan ekstra fooding (EF) juga harus selalu diperhatikan agar jangan sampai kekurangan, demikian juga dengan kebersihan kandangnya, karena pada saat mabung/ngurak, Murai Batu (MB) dalam kondisi fisik yang lemah sehingga sangat rentan terhadap serangan penyakit.

Berdasarkan pengalaman dari para penggemar Murai Batu (MB), bahwa sebagian besar Murai Batu yang terlalu sering mengkonsumsi kroto, bulu-bulunya cenderung akan menjadi cepat kusam. Selain itu masa mabungnya juga akan berlangsung lebih lama dari masa normalnya. Hal itu dikarenakan tingginya kandungan protein pada kroto yang dapat meningkatan daya tahan tubuh dan stamina Murai Batu, sehingga masa mabungnya menjadi lebih lama dari yang seharusnya.

Tips untuk mengatasi Murai Batu (MB) yang macet mabung:

• Tempel dengan Murai Batu (MB) betina dengan jarak 1 meter selama 1 minggu. Setelah itu pisahkan keduanya sejauh mungkin, maka dalam waktu beberapa hari kedepan Murai Batu yang macet mabung tersebut akan kembali mabung/ngurak.

• Mandikan Murai Batu (MB) yang mengalami macet mabung tersebut sampai basah kuyup, dan jangan dijemur. Setelah beberapa menit kemudian burung langsung dikerodong. Lakukan cara ini rutin setiap hari sampai Murai Batu menunjukkan tanda-tanda mabung lagi baru hentikan cara tersebut.

• Perbanyak pemberian ulat hongkong (UH) atau bisa juga diberikan larva tawon, karena efek panas dari kedua ekstra fooding (EF) tersebut dapat membantu mempercepat rontoknya bulu-bulu lama Murai Batu.

• Campurkan susu bubuk pada voer atau bisa juga dicampurkan dengan kroto. Berikan susu bubuk sampai bulu-bulunya ambrol.

• Ganti voer yang biasa digunakan dengan voer ayam untuk mempercepat rontoknya bulu-bulu lama Murai Batu (MB). Hentikan pemberian voer ayam setelah semua bulu-bulu tuanya rontok.

• Alternatif lain dengan memberikan kuning telur bebek atau ayam kampung rebus.
Caranya: kuning telur dipotong kecil-kecil agar lebih mudah dikonsumsi oleh Murai Batu (MB).

• Berikan irisan daun pandan didasar sangakarnya. Aroma harum daun pandan dapat memberikan efek tenang, sehingga Murai Batu (MB) yang mengalami macet mabung/ngurak akan merasa lebih rileks sehingga dapat fokus menyelesaikan masa mabungnya.

Tanda-tanda awal pada Murai Batu (MB) yang akan mengalami masa mabung:

• Bulu-bulunya terlihat kusam.

• Bulu ekornya terlihat pecah-pecah (nyerit).

• Murai Batu (MB) yang sebelumnya rajin berkicau (gacor) menjadi malas bunyi dan terlihat kurang aktif.

• Pada saat ditrek, performanya menjadi tidak maksimal dan bahkan bulu-bulunya kadang terlihat berdiri (njabrik).

• Mulai ada bulu halus yang rontok, dan biasanya yang rontok lebih dulu adalah bulu pada bagian kepala, tapi bisa juga bulu besar pada bagian sayap atau ekornya.

Perawatan Murai Batu (MB) pada saat mabung/ngurak:

• Sebaiknya Murai Batu (MB) yang sedang dalam masa mabung lebih banyak dikerodong (full krodong). Hal itu selain untuk membuat Murai Batu (MB) menjadi lebih tenang, juga untuk memudahkan proses pembersihan bulu-bulu yang rontok karena tidak berserakan di lantai.

• Untuk sementara sebaiknya Murai Batu (MB) yang sedang mabung/ngurak tidak usah dijemur dulu. Sedangkan untuk mandinya sebaiknya jangan dipaksakan, cukup letakkan saja cepuk yang cukup besar didalam kandangnya agar Murai Batu bisa mandi semaunya.

• Bulu-bulu sayap dan ekornya yang sudah rontok sebaiknya jangan langsung dibuang dulu karena seringkali Murai Batu (MB) mematuki bulu-bulu tersebut untuk mengambil zat kalsiumnya untuk membantu proses pertumbuhan bulu-bulu barunya. Atau bisa juga diberikan tulang sotong untuk memenuhi kebutuhan kalsiumnya.

• Berikan ekstra fooding (EF) yang dapat membantu proses mabungnya, sehingga bulu-bulu tuanya bisa rontok semua dan pertumbuhan bulu baru lebih sempurna.

Pada saat dalam proses rontok bulu, sebaiknya pemberian jangkrik dan kroto dikurangi dan lebih banyak diberikan ulat hongkong (UH) atau larva tawon, karena efek panas dari ulat hongkong dan larva tawon dapat membantu mempercepat rontoknya bulu-bulu tua Murai Batu.

Pada saat proses pertumbuhan bulu-bulu baru, maka pemberian ulat hongkong (UH) mulai dihentikan dan perbanyak pemberian jangkrik serta kroto agar bulu-bulu barunya dapat tumbuh lebih cepat dan sehat.

Sebetulnya Ekstra fooding (EF) terbaik untuk Murai Batu (MB) adalah belalang hijau yang masih muda (belum memiliki sayap) yang banyak terdapat pada tanaman palawija, karena belalang tersebut kaya akan kandungan protein dan vitamin E yang berasal dari daun palawija yang dikonsumsinya. Tapi sayangnya saat ini sudah sulit untuk mendapatkan belalang hijau tersebut.

Jika tidak dapat menemukan belalang hijau, maka alternatifnya dengan memberikan pakan buah-buahan dan sayuran segar pada jangkrik sebelum diberikan pada Murai Batu.

• Pada saat Murai Batu (MB) sedang dalam proses menumbuhkan bulu, terutama pada saat dorong ekor, sebaiknya lakukan pemasteran untuk memperkaya materi isiannya.

• Proses mabung/ngurak pada Murai Batu (MB) akan selesai pada saat bulu ekor utama (lancur) sudah tumbuh sempurna (mentok) dan bagian bulu sayapnya sudah rontok semua, karena biasanya Murai Batu akan menyisakan 1 atau 2 helai bulu sayapnya walaupun sudah terlihat kusam dan berwarna kecoklatan. Jika bulu sayap tersebut sudah rontok dan bulu baru sudah tumbuh sempurna, berarti masa mabungnya sudah selesai.

Baca juga:

Manfaat kroto untuk Murai Batu

Cara mengajari trotolan Murai Batu ternak untuk mandi keramba

Terapi untuk mengatasi Murai Batu macet bunyi

Demikian sedikit informasi tentang "Permasalahan seputar mabung/ngurak pada Murai Batu". Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel Tips Kicau Burung yang lain.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Murai Batu (MB) mabung/ngurak

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Permasalahan seputar mabung/ngurak pada Murai Batu